MODAL KERJA
DAN
INVESTASI
1. MODAL KERJA
1.1. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja merupakan investasi
dalam harta jangka pendek atau investasi dalam harta lancar (current assets).
Modal kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu modal kerja kotor (gross
working capital) dan modal kerja bersih (net working capital). Modal
kerja kotor adalah jumlah harta lancar, dan modal kerja bersih adalah jumlah
harta lancar dikurangi jumlah utang lancar (current liabilities).
Manajemen modal kerja mengelola harta lancar dan utang lancar agar harta lancar
selalu lebih besar daripada utang lancar.
Current assets dan current
liabilities kedua-duanya merupakan short-term financing. Tujuan dari
short-term financial management adalah untuk mengelola tiap-tiap unsur current
assets (inventory, accounts receivable, cash dan marketable securities)
dan current liabilities (accounts payable, accruals dan notes payable)
untuk mencapai keseimbangan antara profitabilitas dan risiko yang memberikan
kontribusi yang positif kepada nilai perusahaan.
Gitman (2001) menjelaskan bahwa modal kerja adalah jumlah harta
lancar yang merupakan bagian dari investasi yang bersirkulasi dari satu bentuk
ke bentuk yang lain dalam suatu kegiatan bisnis. Weston dan Brigham (1986)
menjelaskan bahwa manjemen modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka
pendek: kas, surat-surat berharga (efek), piutang, dan persediaan.
J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland
(1997:239) memberikan pengertian modal kerja sebagai berikut:
“Working capital is defined as current assets minus current
liabilities. Thus, working capital represents the firm's investment in cash,
marketable securities, accounts receivable, and inventories less the current
liabilities used to finance the current assets.”
Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang
lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat
berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk
melindungi aktiva lancar.
Modal
kerja juga disebut manajemen keuangan jangka pendek. Dalam perspektif yang
luas, manajemen keuangan jangka pendek merupakan upaya perusahaan untuk
mengadakan penyesuaian keuangan terhadap perubahan jangka pendek; perusahaan
harus memberi tanggapan yang cepat dan efektif. Bidang keputusan ini sangat
penting karena sebagian besar waktu manajer keuangan digunakan untuk
menganalisis setiap perubahan aktiva lancar dan utang lancar.
1.2 Tujuan Modal Kerja
Mengelola aktiva lancar dan hutang lancar
agar terjamin jumlah net working capital yang layak diterima (acceptable) yang
menjamin tingkat likuiditas badan usaha.
Modal Kerja Berasal
dari beberapa sumber:
•
Hasil operasi perusahaan.
•
Keuntungan pendek
•
Penjualan aktiva tidak lancar
•
Penjualan saham atau obligasi
1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Modal kerja
Modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu:
a. Volume Penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan
operasional pada saat terjadi peningkatan penjualan.
b. Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan
siklus akan mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
c. Perubahan dalam Teknologi
Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan
proses produksi dan akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja
d. Kebijakan Perusahaan
Kebijakan yang
diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak terhadap kebutuhan modal
kerja.
1.4 Pembagian Modal Kerja
MODAL
KERJA dapat dibagi menurut konsep, Bambang Riyanto (1995) mengemukakan modal
kerja dapat dibagi menjadi 3 konsep yaitu konsep kuantitatif, kualitatif, dan
fungsional.
1. Konsep Kuantitatif
Modal kerja menurut konsep
kuantitatif menggambarkan keseluruhan atau jumlah dari aktiva lancar seperti
kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau keseluruhan daripada jumlah
aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar dan dapat kembali ke
bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam waktu yang relatif
pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja bruto (gross
working capital).
Berdasarkan konsep tersebut di atas
dapat disimpulkan, bahwa konsep tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal
kerja yang digunakan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari
yang sifatnya rutin, dengan tidak mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja
tersebut, apakah dari pemilik hutang jangka panjang ataupun hutang jangka
pendek. Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau margin
of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang
tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas
perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan
operasi perusahaan pada periode berikutnya.
2. Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal
kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Berdasarkan
konsep ini modal kerja merupakan sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar
dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa menunggu likuiditasnya.
Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja neto (net working capital).
Definisi ini bersifat kualitatif
karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang
lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka pendek serta
menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk
memperoleh tambahan jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.
3. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini
menitikberatkan pada fungsi dari pada dana dalam menghasilkan pendapatan (income)
dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan
dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode
tersebut. Sementara itu, ada pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan pada periode-periode selanjutnya atau dimasa yang akan datang,
misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya yang
disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana
yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan pada saat ini sesuai dengan maksud
utama didirikannya perusahaan, diantaranya adalah kas, piutang dagang sebesar
harga pokoknya, persediaan, dan aktiva tetap sebesar penyusutan pada periode
tersebut.
Sedangkan efek atau surat berharga
dan marjin laba dari piutang merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi
modal kerja bila piutang sudah dibayar dan efek sudah dijual.
Contoh :
Aktiva Lancar :
|
|
Kas
|
Rp 18.000.000,00
|
Efek
|
Rp 78.000.000,00
|
Piutang Dagang
|
Rp 54.000.000,00
|
Persediaan Barang
|
Rp125.000.000,00
|
Total Aktiva Lancar
|
Rp275.000.000,00
|
Aktiva Tetap :
|
|
Tanah
|
Rp200.000.000,00
|
Gedung
|
Rp500.000.000,00
|
Mesin-mesin
|
Rp150.000.000,00
|
Kendaraan
|
Rp135.000.000,00
|
Total Aktiva Tetap
|
Rp985.000.000,00
|
Keterangan :
1.
Penyusutan setiap tahun sebesar 10% untuk gedung, mesin dan
kendaraan.
2. Penjualan secara kredit dengan profit margin sebesar 35%.
Dari data di atas maka dapat dihitung besarnya modal kerja menurut
konsep fungsional adalah :
Modal Kerja (working capital)
Kas Rp 18.000.000,00
Piutang Dagang (65%) Rp 35.100.000,00
Persediaan Barang Rp
125.000.000,00
Penyusutan Gedung Rp
50.000.000,00
Penyusutan Mesin-mesin Rp 15.000.000,00
Penyusutan Kendaraan Rp
13.500.000,00
Total Modal Kerja Rp
256.600.000,00
Modal Kerja Potensial (potential working capital)
Efek Rp
78.000.000,00
Profit Margin (35%) Rp
18.900.000,00
Total Modal Kerja Potensial Rp 96.900.000,00
Bukan Modal Kerja (non working capital)
Tanah Rp
200.000.000,00
Gedung Rp
450.000.000,00
Mesin-mesin Rp
135.000.000,00
Kendaraan Rp
141.500.000,00
Total Bukan Modal Kerja Rp
886.500.000,00
1.5 Jenis Modal
Kerja
Menurut WB. Taylor dan Bambang
Rianto (1995) Modal Kerja digolongkan dalam beberapa jenis yaitu :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal
kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, modal kerja
ini terdiri dari :
a. Modal kerja primer (Primary Working Capital)
Modal kerja primer merupakan jumlah
modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas
usahanya atau modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha.
b. Modal kerja normal (Normal Working Capital)
Modal kerja normal adalah modal
kerja yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan proses produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, modal kerja ini terdiri dari :
a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi
musim.
b. Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital)
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi
konjungtur.
c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)
modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh,
banjir, perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).
2. INVESTASI
2.1 PENGERTIAN
investasi adalah mengeluarkan sejumlah uang
atau menyimpan uang pada sesuatu dengan harapan suatu saat mendapat keuntungan
financial. Contoh investasi adalah pembelian berupa asset financial seperti
obligasi, saham , asuransi. Dapat juga pembelian berupa barang seperti mobil
atau property seperti rumah atau tanah.
Lebih luasnya investasi dapat
berarti pembelian barang modal untuk produksi dalam suatu usaha misalnya
pembelian mesin. Bahkan pemberian pendidikan dan pelatihan bagi karyawan yang
membuat lebih mahir dalam bekerja bisa dikatakan sebagai investasi. Kesamaan
dari semua investasi diatas adalah harapan memperoleh keuntungan (gain) di
kemudian hari.
Investasi yang akan kita bahas bahas
disini adalah investasi berupa asset financial dan lquid yang terjadi di pasar
uang, pasar komoditi berjangka dan pasar saham diantaranya : saham, obiligasi,
derivatif.
Secara harafiah, investasi adalah
penyimpanan uang dengan tujuan memperoleh return yang diharapkan lebih besar
dibanding bunga deposito untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan jangka
waktu yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kemampuan akan modal. Atau dapat
diartikan juga sebagai suatu pengorbanan dalam bentuk penundaan pengeluaran
sekarang untuk memperoleh keuntungan (return) yang lebih baik di masa datang.
Dengan kata lain yang lebih
simple/sederhana, investasi adalah cara seseorang untuk mengelola uangnya baik
itu dengan dibelikan property, ditabung atau ditanam ke dalam suatu usaha
dengan tujuan mendapat keuntungan setelah masa/periode yang ditentukan
sebelumnya.
2.2 TUJUAN BERINVESTASI
— Meningkatkan kesejahteraan à dengan berinvestasi dana yg tdk
dikonsumsi skrg diharapkan memberikan peningkatan konsumsi di masa yang akan datang
— Menghindari risiko penurunan nilai
kekayaan/hak milik karena pengaruh inflasi
— Penghematan pajak à fasilitas penghindaran pajak utk
jenis investasi tertentu
2.3 BENTUK INVESTASI
— Investasi Property
Investasi
dalam bentuk properti seperti emas, tanah, rumah dll yang memungkinkan nilainya
meningkat untuk waktu yang akan datang.
— Investasi Ekuitas
Investasi
yang berhubungan dengan pembelian saham yang dikeluarkan oleh perusahaan2 yang
terdaftar dalam BEI atau tidak
2.4 PRODUK INVESTASI
— Produk Investasi dengan Pendapatan
Tetap (fixed income investment) contoh deposito dan tabungan
— Produk Investasi Pertumbuhan (growth
income investment)à hasil tidak
pasti sesuai harga pasar, contoh emas, tanah, bangunan, barang kolleksi dan
mata uang asing.
2.5
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI
Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, 1993, 183 Investasi
adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan
pajak, serta harapan mengenai masa depan. Faktor-faktor penentu investasi
sangat tergantung pada situasi dimasa depan yang sulit untuk diramalkan, maka
investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah. Beberapa faktor yang
mempengaruhi investasi dalam perekonomian suatu negara antara lain:
1. Pengaruh Nilai Tukar
Perubahan nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak
pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada
investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan
berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. sehingga
didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi
investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.
2. Pengaruh Tingkat Suku
Bunga
Tingkat suku bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk
berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan
baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang
final.
3. Pengaruh Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini
disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko
proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi
rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang
harga-harga relatif. Menurut Greene dan Pillanueva, tingkat inflasi yang
tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan
suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara
tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.
4. Pengaruh Infrastruktur
Banyak negara di dunia, mengundang investor guna berpartisipasi menanamkan
modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber energi
listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat
berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Pembangunan
kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat
diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis, Dengan infrastruktur
yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan
investasi yang didapat semakin meningkat.
5. Pengeluaran pemerintah
Pengeluaran pemerintah disini adalah meliputi semua pembelian barang
dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah sebagai salah satu
pelaku ekonomi yang memiliki tujuan untuk mendukung kegiatan roda perekonomian
agar berjalan lebih baik dan bersemangat. Peran pemerintah seperti dikemukakan
oleh Keynes sering kali diperlukan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian.
2.6 RESIKO
INVESTASI
— Turunnya nilai investasi
— Kesulitan menjual produk Investasi
— Yield tidak sesuai dengan ekpektasi pasar
2.7 CARA
MENGURANGI RESIKO INVESTASI
— Memilih produk investasi dengan risiko yang
terkecil
— Melakukan diversifikasi portofolio
(melakukan investasi pada berbagai produk)
— Melakukan pengukuran kinerja pasar modal