EXPONENTIAL
SMOOTHING,
ANALISIS
REGRESI DAN ANALISIS KORELASI
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“STATISTIK”
![]() |
Disusun Oleh :
IIP
AONUROFIK
NIM
554314108
KELAS R
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI “STMY”
MAJALENGKA
Jl. SILIWANGI (Depan
gada-gada lewi seeng) Telp (0233) 283146 Majalengka
EXPONENTIAL SMOOTHING
A. PENGERTIAN
Exponential Smoothing
adalah suatu prosedur yang secara terus menerus memperbaiki peramalan dengan
merata-rata (menghaluskan = smoothing) nilai masa lalu dari suatu data runtut
waktu dengan cara menurun (exponential). Menurut Trihendradi (2005) analisisexponential
smoothing merupakan salah satu analisis deret waktu, dan merupakan
metode peramalan dengan memberi nilai pembobot pada serangkaian pengamatan
sebelumnya untuk memprediksi nilai masa depan.
B. MACAM-MACAM METODE
1. Single Exponentials Smoothing
Atau biasa disebut
sebagai Simple Exponential Smoothing, metode ini digunakan untu
peramalan jangka pendek. Model mengasumsikan bahwa data berfluktuasi di
sekitar nilai mean yang tetap, tanpa trend atau pola pertumbuhan konsisten.
Tidak seperti Moving Average, Exponential Smoothing memberikan
penekanan yang lebih besar kepada time series saat ini melalui penggunaan
sebuah konstanta smoothing (penghalus). Konstanta smoothing mungkin berkisar
dari 0 ke 1. Nilai yang dekat dengan 1 memberikan penekanan terbesar pada nilai
saat ini sedangkan nilai yang dekat dengan 0 memberi penekanan pada titik data
sebelumnya.
Rumus untuk Simple
exponential smoothing adalah sebagai berikut:
St =
α * Xt + (1 – α) * St-1
dimana:
St = peramalan untuk periode t.
Xt + (1-α) = Nilai aktual time series
Ft-1 = peramalan pada waktu t-1 (waktu sebelumnya)
α = konstanta perataan antara 0 dan 1
St = peramalan untuk periode t.
Xt + (1-α) = Nilai aktual time series
Ft-1 = peramalan pada waktu t-1 (waktu sebelumnya)
α = konstanta perataan antara 0 dan 1
2. Double Exponentials Smoothing
Metode ini digunakan
ketika berbentuk data trend. Ada dua metode dalam Double Exponential
Smoothing, yaitu :
a) Metode Linier Satu Parameter dari
Brown’s
Metode ini dikembangkan oleh Brown’s untuk mengatasi
perbedaan yang muncul antara data aktual dan nilai peramalan apabila ada trend
pada poltnya. Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial linier dari Brown’s
adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier (Linier Moving Average),
karena kedua nilai pemulusan tunggal dan ganda ketinggalan dari data
yang sebenarnya bilamana terdapat unsur trend, perbedaan antara nilai pemulusan
tunggal dan ganda ditambahkan kepada nilai pemulusan dan disesuaikan untuk
trend. Persamaan yang digunakan pada metode ini adalah :
Agar dapat menggunakan persamaan di atas, nilai S’t-1
dan S”t-1 harus tersedia. Tetapi pada saat T=1, nilai tersebut tidak tersedia.
Jadi nilai-nilai ini harus tersedia di awal.
b) Metode Dua Parameter dari Holt
Metode ini nilai trend tidak dimuluskan
dengan pemulusan ganda secara langsung, tetapi proses pemulusan trend
dilakuakan dengan parameter berbeda dengan parameter pada pemulusan data asli.
Secara matematis metode ini ditulis pada tiga
persamaan :
Dimana,
St =
Nilai pemulusan tunggal
Xt =
Data sebenarnya pada waktu ke-t
Tt =
Pemulusan trend
Ft+m = nilai ramalan
m =
Periode masa mendatang
α,β =
konstanta dengan nilai anatar 0 dan 1
3. Triple Exponentials Smoothing
Atau metode Winter’s
three parameters liniar and seasonal exponential smoothing. Ini termasuk
dalam model Holt’s ditambah indeks-indeks musiman dan sebuah koefisien
smoothing untuk indeks-indeks tersebut.
Metode ini digunakan
ketika data menunjukan adanya trend dan perilaku musiman. Untuk menangani musiman,
telah dikembangkan parameter persamaan ketiga yang disebut metode “Holt-Winters” sesuai
dengan nama penemuya. Terdapat dua model Holt-Winterstergantung
pada tipe musimannya yaitu Multiplicative seasonal model dan Additive
seasonal model. Komponen musiman sering menjadi faktor yang paling penting
untuk menerangkan variasi-variasi dalam variabel tak bebas selama periode satu
tahun.
Untuk Ilustrasi penggunaan SPSS mari kita kembali ke toko “AHOY” yang sehari-hari menjual gula. Untuk saat ini penjualannya hingga minggu ke-7 adalah pada tabel berikut:
Minggu
|
Sales (kg)
|
1
|
120
|
2
|
150
|
3
|
140
|
4
|
130
|
5
|
150
|
6
|
200
|
7
|
160
|
AHOY ingin mengetahui penjualan gulanya
pada minggu ke delapan dengan metode exponential smoothing, aplikasi SPSS dapat
dilakukan sebagai berikut:
Untuk SPSS 13, 14, dan 15 langkah-langkahnya dengan menggunakan konstanta pemulusan 0,2 tidak dirinci disini, secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Pilih Analyze – Time Series – Exponential Smoothing
Untuk SPSS 13, 14, dan 15 langkah-langkahnya dengan menggunakan konstanta pemulusan 0,2 tidak dirinci disini, secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Pilih Analyze – Time Series – Exponential Smoothing
2. Kemudian pilih variabel sales, lalu
klik Parameters, isikan angka 0,8 pada damping factor, kemudian ubah General
alpha menjadi 0,2.
3. Kemudian klik Custom under initial
value, isikan 17 untuk starting, dan 0 untuk value. Kemudian Continue – Save.
4. Selanjutnya klik Predict through, masukkan angka 8 pada corresponding box (hasil peramalan yang ingin dilihat adalah pada minggu ke-8). Klik continue – OK.
Hasil yang didapat adalah pada kolom ketiga paling kiri data.
4. Selanjutnya klik Predict through, masukkan angka 8 pada corresponding box (hasil peramalan yang ingin dilihat adalah pada minggu ke-8). Klik continue – OK.
Hasil yang didapat adalah pada kolom ketiga paling kiri data.
ANALISIS REGRESI LINIER
Analisis regresi
linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen
(X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif
dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan.. Data yang digunakan biasanya
berskala interval atau rasio.
Rumus regresi linear sederhana sebagi berikut:
Y’ = a + bX
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen (nilai yang
diprediksikan)
X = Variabel independen
a =
Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan
ataupun penurunan)
Contoh kasus:
Seorang mahasiswa
bernama Hermawan ingin meneliti tentang pengaruh biaya promosi terhadap volume
penjualan pada perusahaan jual beli motor. Dengan ini di dapat variabel
dependen (Y) adalah volume penjualan dan variabel independen (X) adalah biaya
promosi. Dengan ini Hermawan menganalisis dengan bantuan program SPSS dengan
alat analisis regresi linear sederhana. Data-data yang di dapat ditabulasikan
sebagai berikut:
Tabel. Tabulasi Data Penelitian (Data Fiktif)
No
|
Biaya Promosi
|
Volume Penjualan
|
1
|
12,000
|
56,000
|
2
|
13,500
|
62,430
|
3
|
12,750
|
60,850
|
4
|
12,600
|
61,300
|
5
|
14,850
|
65,825
|
6
|
15,200
|
66,354
|
7
|
15,750
|
65,260
|
8
|
16,800
|
68,798
|
9
|
18,450
|
70,470
|
10
|
17,900
|
65,200
|
11
|
18,250
|
68,000
|
12
|
16,480
|
64,200
|
13
|
17,500
|
65,300
|
14
|
19,560
|
69,562
|
15
|
19,000
|
68,750
|
16
|
20,450
|
70,256
|
17
|
22,650
|
72,351
|
18
|
21,400
|
70,287
|
19
|
22,900
|
73,564
|
20
|
23,500
|
75,642
|
Langkah-langkah pada program SPSS
Ø Masuk program SPSS
Ø Klik variable view
pada SPSS data editor
Ø Pada kolom Name
ketik y, kolom Name pada baris kedua ketik x.
Ø Pada kolom Label,
untuk kolom pada baris pertama ketik Volume Penjualan, untuk kolom pada baris
kedua ketik Biaya Promosi.
Ø Untuk kolom-kolom
lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø Buka data view
pada SPSS data editor, maka didapat kolom variabel y dan x.
Ø Ketikkan data
sesuai dengan variabelnya
Ø Klik Analyze - Regression - Linear
Ø Klik variabel
Volume Penjualan dan masukkan ke kotak Dependent, kemudian klik variabel Biaya
Promosi dan masukkan ke kotak Independent.
Ø Klik Statistics,
klik Casewise diagnostics, klik All cases. Klik Continue
Ø Klik OK, maka
hasil output yang didapat pada kolom Coefficients dan Casewise Diagnostics
adalah sebagai berikut:
Tabel. Hasil Analisis Regresi Linear
Sederhana
Persamaan regresinya sebagai berikut:
Y’ = a + bX
Y’ = -28764,7 + 0,691X
Angka-angka ini dapat diartikan sebagai berikut:
- Konstanta
sebesar -28764,7; artinya jika biaya promosi (X) nilainya adalah 0, maka volume
penjulan (Y’) nilainya negatif yaitu sebesar -28764,7.
- Koefisien regresi variabel harga (X) sebesar
0,691; artinya jika harga mengalami kenaikan Rp.1, maka volume penjualan (Y’)
akan mengalami peningkatan sebesar Rp.0,691. Koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif antara harga dengan volume penjualan, semakin naik
harga maka semakin meningkatkan volume penjualan.
Nilai volume
penjualan yang diprediksi (Y’) dapat dilihat pada tabel Casewise Diagnostics
(kolom Predicted Value). Sedangkan Residual (unstandardized residual)
adalah selisih antara Volume Penjualan dengan Predicted Value, dan Std.
Residual (standardized residual) adalah nilai residual yang telah
terstandarisasi (nilai semakin mendekati 0 maka model regresi semakin baik
dalam melakukan prediksi, sebaliknya semakin menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau
-1 maka semakin tidak baik model regresi dalam melakukan prediksi).
- Uji Koefisien Regresi Sederhana
(Uji t)
Uji ini digunakan untuk
mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (Y). Signifikan berarti pengaruh yang terjadi dapat
berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).
Dari hasil
analisis regresi di atas dapat diketahui nilai t hitung seperti pada tabel 2.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
1. Menentukan Hipotesis
Ho : Ada pengaruh secara signifikan antara biaya
promosi dengan volume penjualan
Ha : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara
biaya promosi dengan volume penjualan
2. Menentukan
tingkat signifikansi
Tingkat
signifikansi menggunakan a = 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering
digunakan dalam penelitian)
3. Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel diperoleh t hitung
sebesar 10,983
4. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t
dicari pada a = 5% : 2 = 2,5%
(uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 20-2-1
= 17 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen).
Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel
sebesar 2,110 (Lihat pada lampiran) atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara
pada cell kosong ketik =tinv(0.05,17) lalu enter.
5. Kriteria Pengujian
Ho
diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel
Ho ditolak jika -thitung
< -t tabel atau t hitung > t tabel
6. Membandingkan t hitung dengan t
tabel
Nilai t hitung
> t tabel (10,983 > 2,110) maka Ho ditolak.
7. Kesimpulan
Oleh karena nilai
t hitung > t tabel (10,983 > 2,110) maka Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh
secara signifikan antara biaya promosi dengan volume penjualan. Jadi dalam
kasus ini dapat disimpulkan bahwa biaya promosi berpengaruh terhadap volume
penjualan pada perusahaan jual beli motor.
B.
ANALISIS REGRESI LINIER
BERGANDA
Analisis regresi
linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel
independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel
dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen
berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel
dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.
Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut:
Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2 = Variabel independen
a = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn
= 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun
penurunan)
Contoh kasus:
Kita mengambil
contoh kasus pada uji normalitas, yaitu sebagai berikut: Seorang mahasiswa
bernama Bambang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
harga saham pada perusahaan di BEJ. Bambang dalam penelitiannya ingin
mengetahui hubungan antara rasio keuangan PER dan ROI terhadap harga saham.
Dengan ini Bambang menganalisis dengan bantuan program SPSS dengan alat
analisis regresi linear berganda. Dari uraian di atas maka didapat variabel
dependen (Y) adalah harga saham, sedangkan variabel independen (X1
dan X2) adalah PER dan ROI.
Data-data yang di dapat berupa data rasio dan ditabulasikan sebagai
berikut:
Tabel. Tabulasi Data (Data
Fiktif)
Tahun
|
Harga Saham (Rp)
|
PER (%)
|
ROI (%)
|
1990
|
8300
|
4.90
|
6.47
|
1991
|
7500
|
3.28
|
3.14
|
1992
|
8950
|
5.05
|
5.00
|
1993
|
8250
|
4.00
|
4.75
|
1994
|
9000
|
5.97
|
6.23
|
1995
|
8750
|
4.24
|
6.03
|
1996
|
10000
|
8.00
|
8.75
|
1997
|
8200
|
7.45
|
7.72
|
1998
|
8300
|
7.47
|
8.00
|
1999
|
10900
|
12.68
|
10.40
|
2000
|
12800
|
14.45
|
12.42
|
2001
|
9450
|
10.50
|
8.62
|
2002
|
13000
|
17.24
|
12.07
|
2003
|
8000
|
15.56
|
5.83
|
2004
|
6500
|
10.85
|
5.20
|
2005
|
9000
|
16.56
|
8.53
|
2006
|
7600
|
13.24
|
7.37
|
2007
|
10200
|
16.98
|
9.38
|
Langkah-langkah pada program SPSS
Ø Masuk program SPSS
Ø Klik variable view
pada SPSS data editor
Ø Pada kolom Name
ketik y, kolom Name pada baris kedua ketik x1, kemudian untuk baris kedua ketik
x2.
Ø Pada kolom Label,
untuk kolom pada baris pertama ketik Harga Saham, untuk kolom pada baris kedua
ketik PER, kemudian pada baris ketiga ketik ROI.
Ø Untuk kolom-kolom
lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø Buka data view
pada SPSS data editor, maka didapat kolom variabel y, x1, dan x2.
Ø Ketikkan data
sesuai dengan variabelnya
Ø Klik Analyze - Regression - Linear
Ø Klik variabel
Harga Saham dan masukkan ke kotak Dependent, kemudian klik variabel PER dan ROI
kemudian masukkan ke kotak Independent.
Ø Klik Statistics,
klik Casewise diagnostics, klik All cases. Klik Continue
Ø Klik OK, maka
hasil output yang didapat pada kolom Coefficients dan Casewise diagnostics
adalah sebagai berikut:
Tabel. Hasil Analisis Regresi Linear
Berganda
Persamaan regresinya sebagai berikut:
Y’ = a + b1X1+ b2X2
Y’ = 4662,491 + (-74,482)X1 + 692,107X2
Y’ = 4662,491 - 74,482X1 + 692,107X2
Keterangan:
Y’ = Harga saham yang
diprediksi (Rp)
a = konstanta
b1,b2
= koefisien regresi
X1 = PER (%)
X2 = ROI (%)
Persamaan regresi
di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Konstanta sebesar 4662,491; artinya jika PER (X1)
dan ROI (X2) nilainya adalah 0, maka harga saham (Y’) nilainya
adalah Rp.4662,491.
- Koefisien regresi variabel PER (X1)
sebesar -74,482; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan PER
mengalami kenaikan 1%, maka harga saham (Y’) akan mengalami penurunan sebesar
Rp.74,482. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara
PER dengan harga saham, semakin naik PER maka semakin turun harga saham.
- Koefisien regresi variabel ROI (X2)
sebesar 692,107; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan ROI
mengalami kenaikan 1%, maka harga saham (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar
Rp.692,107. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara
ROI dengan harga saham, semakin naik ROI maka semakin meningkat harga saham.
Nilai harga saham
yang diprediksi (Y’) dapat dilihat pada tabel Casewise Diagnostics (kolom
Predicted Value). Sedangkan Residual (unstandardized residual) adalah
selisih antara harga saham dengan Predicted Value, dan Std. Residual (standardized
residual) adalah nilai residual yang telah terstandarisasi (nilai semakin
mendekati 0 maka model regresi semakin baik dalam melakukan prediksi,
sebaliknya semakin menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 maka semakin tidak baik
model regresi dalam melakukan prediksi).
PENGERTIAN KORELASI, KORELASI SEDERHANA, dan BERGANDA
A. PENGERTIAN KORELASI
Persoalan pengukuran, atau pengamatan hubungan antara dua peubah X dan Y,
berikut ini akan kita bicarakan sesuai dengan referensi yang kami peroleh dalam
beberapa literatur. Tulisan ini tentu saja tidak selengkap seperti halnya
tulisan tentang Pengertian Korelasi dalam buku Statistika yang ditulis oleh,
Ronald E. Walpole, Sugiono, Murray R. Spiegel, atau beberapa Statistikawan yang
memang saya kagumi ke-pakar-annya. Akan tetapi setidaknya bisa dijadikan bacaan
tambahan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui lebih jauh tentang persoalan
korelasi atau persoalan-persoalan lain yang berkaitan dengan hubungan antar dua
peubah.
Kita tidak akan dan bukan meramalkan nilai Y dari pengetahuan mengenai peubah
bebas X seperti dalam regresi linier. Sebagai misal, bila peubah X menyatakan
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli Pupuk dan Y adalah besarnya hasil
Produksi Padi dalam satu kali musim tanam, barangkali akan muncul pertanyaan
dalam hati kita apakah penurunan biaya yang dikeluarkan untuk membeli Pupuk
juga berpeluang besar untuk diikuti dengan penurunan hasil Produksi Padi dalam
satu musim tanam. Dalam studi empiris lain, bila X adalah harga suatu barang
yang ditawarkan dan Y adalah jumlah permintaan terhadap barang tersebut yang
dibeli oleh konsumen, maka kita membayangkan jika nilai-nilai X yang besar
tentu akan berpasangan dengan nilai-nilai Y yang kecil.
Dalam hal ini kita tentu saja mempunyai bilangan yang menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah X melalui hubungan linear tersebut. Jadi misalkan suatu korelasi memiliki besaran r = 0,36 bermakna bahwa 0,36 atau 36% di antara keragaman total nilai-nilai Y dalam contoh kita, dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan nilai-nilai X.
Contoh lainnya adalah, misal koefisien korelasi sebesar 0,80 menunjukkan adanya hubungan linear yang sangat baik antara X dan Y. Karena r2 = 0,64, maka kita dapat mengatakan bahwa 64 % di antara keragaman dalam nilai-nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan X.
Dalam hal ini kita tentu saja mempunyai bilangan yang menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah X melalui hubungan linear tersebut. Jadi misalkan suatu korelasi memiliki besaran r = 0,36 bermakna bahwa 0,36 atau 36% di antara keragaman total nilai-nilai Y dalam contoh kita, dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan nilai-nilai X.
Contoh lainnya adalah, misal koefisien korelasi sebesar 0,80 menunjukkan adanya hubungan linear yang sangat baik antara X dan Y. Karena r2 = 0,64, maka kita dapat mengatakan bahwa 64 % di antara keragaman dalam nilai-nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan X.
Besaran koefisien korelasi contoh r merupakan sebuah nilai yang dihitung dari n
pengamatan sampel. Sampel acak berukuran n yang lain tetapi diambil dari
populasi yang sama biasanya akan menghasilkan nilai r yang berbeda pula. Dengan
demikian kita dapat memandang r sebagai suatu nilai dugaan bagi koefisien
korelasi linear yang sesungguhnya berlaku bagi seluruh anggota populasi.
Misalkan kita lambangkan koefisien korelasi populasi ini dengan ρ. Bila r dekat
dengan nol, kita cenderung menyimpulkan bahwa ρ = 0. Akan tetapi, suatu nilai
contoh r yang mendekati + 1 atau – 1 menyarankan kepada kita untuk menyimpulkan
bahwa ρ ≠ 0.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana memperoleh suatu peng-uji-an yang akan mengatakan kepada kita kapan r akan berada cukup jauh dari suatu nilai tertentu ρo, agar kita mempunyai cukup alasan untuk menolak hipotesis nol (Ho) bahwa ρ = ρo, dan menerima alternatifnya. Hipotesis alternatif bagi H1 biasanya salah satu di antara ρ < ρo, ρ > ρo, atau ρ ≠ ρo.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana memperoleh suatu peng-uji-an yang akan mengatakan kepada kita kapan r akan berada cukup jauh dari suatu nilai tertentu ρo, agar kita mempunyai cukup alasan untuk menolak hipotesis nol (Ho) bahwa ρ = ρo, dan menerima alternatifnya. Hipotesis alternatif bagi H1 biasanya salah satu di antara ρ < ρo, ρ > ρo, atau ρ ≠ ρo.
1. ANALISIS KORELASI SEDERHANA
Analisis korelasi
sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan
hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi.
Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi
antara dua variabel. Dalam SPSS ada tiga metode korelasi sederhana (bivariate
correlation) diantaranya Pearson Correlation, Kendall’s
tau-b, dan Spearman Correlation. Pearson
Correlation digunakan untuk data berskala interval atau rasio,
sedangkan Kendall’s tau-b, dan Spearman Correlation lebih
cocok untuk data berskala ordinal.
Pada bab ini akan
dibahas analisis korelasi sederhana dengan metode Pearson atau sering
disebut Product Moment Pearson. Nilai korelasi (r) berkisar
antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara
dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara
dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik
maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y
turun).
Menurut Sugiyono
(2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai
berikut:
0,00 - 0,199 =
sangat rendah
0,20 - 0,399 =
rendah
0,40 - 0,599 =
sedang
0,60 - 0,799 =
kuat
0,80 - 1,000 =
sangat kuat
Contoh kasus:
Seorang mahasiswa
bernama Andi melakukan penelitian dengan menggunakan alat ukur skala. VITA
ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan dengan prestasi belajar
pada siswa SMU NEGRI xxx dengan ini VITA membuat 2 variabel yaitu kecerdasan
dan prestasi belajar. Tiap-tiap variabel dibuat beberapa butir pertanyaan
dengan menggunakan skala Likert, yaitu angka 1 = Sangat tidak setuju, 2 = Tidak
setuju, 3 = Setuju dan 4 = Sangat Setuju. Setelah membagikan skala kepada 12
responden didapatlah skor total item-item yaitu sebagai berikut:
Tabel.
Tabulasi Data (Data Fiktif)
Subjek
|
Kecerdasan
|
Prestasi Belajar
|
1
|
33
|
58
|
2
|
32
|
52
|
3
|
21
|
48
|
4
|
34
|
49
|
5
|
34
|
52
|
6
|
35
|
57
|
7
|
32
|
55
|
8
|
21
|
50
|
9
|
21
|
48
|
10
|
35
|
54
|
11
|
36
|
56
|
12
|
21
|
47
|
Langkah-langkah pada program SPSS
Ø Masuk program SPSS
Ø Klik variable view pada SPSS data editor
Ø Pada kolom Name ketik x, kolom Name pada baris kedua ketik y.
Ø Pada kolom Decimals ganti menjadi 0 untuk variabel x dan y
Ø Pada kolom Label, untuk kolom pada baris
pertama ketik Kecerdasan, untuk kolom pada baris kedua ketik Prestasi Belajar.
Ø Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø Buka data view pada SPSS data editor, maka didapat kolom variabel x dan y.
Ø Ketikkan data sesuai dengan variabelnya
Ø Klik Analyze - Correlate - Bivariate
Ø Klik variabel Kecerdasan dan masukkan ke kotak Variables, kemudian klik
variabel Prestasi Belajar dan masukkan ke kotak yang sama (Variables).
Ø Klik OK, maka hasil output yang didapat adalah sebagai berikut:
Tabel.
Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson
Dari hasil analisis
korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara kecerdasan dengan prestasi
belajar (r) adalah 0,766. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat
antara kecerdasan dengan prestasi belajar. Sedangkan arah hubungan adalah
positif karena nilai r positif, berarti semakin tinggi kecerdasan maka semakin
meningkatkan prestasi belajar.
- Uji
Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana (Uji t)
Uji signifikansi
koefisien korelasi digunakan untuk menguji apakah hubungan yang terjadi itu
berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi). Misalnya dari kasus di atas
populasinya adalah siswa SMU NEGRI XXX dan sampel yang diambil dari kasus di
atas adalah 12 siswa SMU NEGRI XXX, jadi apakah hubungan yang terjadi atau
kesimpulan yang diambil dapat berlaku untuk populasi yaitu seluruh siswa SMU
Negeri XXX.
Langkah-langkah
pengujian sebagai berikut:
1. Menentukan
Hipotesis
Ho : Tidak ada
hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar
Ha : Ada hubungan
secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar
2. Menentukan
tingkat signifikansi
Pengujian
menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a = 5%. (uji
dilakukan 2 sisi karena untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang
signifikan, jika 1 sisi digunakan untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau
lebih besar).
Tingkat signifikansi dalam hal ini
berarti kita mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak
hipotesa yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah
ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian)
3. Kriteria
Pengujian
H o diterima jika
Signifikansi > 0,05
Ho
ditolak jika Signifikansi < 0,05
4. Membandingkan
signifikansi
Nilai signifikansi 0,004 < 0,05, maka
Ho ditolak.
5. Kesimpulan
Oleh karena nilai Signifikansi (0,004
< 0,05) maka Ho ditolak, artinya bahwa ada hubungan secara signifikan antara
kecerdasan dengan prestasi belajar. Karena koefisien korelasi nilainya positif,
maka berarti kecerdasan berhubungan positif dan signifikan terhadap pretasi
belajar. Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan berhubungan
positif terhadap prestasi belajar pada siswa SMU Negeri XXX
2. ANALISIS KOEFISIEN KORELASI LINEAR BERGANDA
Adalah indeks atau angka yang diigunakan untuk
mengukur keeratan hubungan antara 3 variabel/lebih. Koefisien korelasi berganda
dirumuskan :
Keterangan :
- Ry1.2
: koefisien linier 3 variabel
- ry1
: koefisien korelasi y dan X1
- ry2
: koefisien korelasi variabel y dan X2
- r1.2
: koefisien korelasi variabel X1 dan X2
dimana :
Contoh Soal :
VARIABEL
|
RUMAH TANGGA
|
||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
|
Pengeluaran (Y)
|
3
|
5
|
6
|
7
|
4
|
6
|
9
|
Pendapatan (X1)
|
5
|
8
|
9
|
10
|
7
|
7
|
11
|
Jumlah Anggota Keluarga (X2)
|
4
|
3
|
2
|
3
|
2
|
4
|
5
|
Pertanyaan :
1.
Carilah Nilai Koefisien Korelasinya !
2.
Jelaskan makna hubungannya !
Penyelesaian :
No
|
Y
|
X1
|
X2
|
Y2
|
X12
|
X22
|
X1Y
|
X2Y
|
X1 X2
|
1
|
3
|
5
|
4
|
9
|
25
|
16
|
15
|
12
|
20
|
2
|
5
|
8
|
3
|
25
|
64
|
9
|
40
|
15
|
24
|
3
|
6
|
9
|
2
|
36
|
81
|
4
|
54
|
12
|
18
|
4
|
7
|
10
|
3
|
49
|
100
|
9
|
70
|
21
|
30
|
5
|
4
|
7
|
2
|
16
|
49
|
4
|
28
|
8
|
14
|
6
|
6
|
7
|
4
|
36
|
49
|
16
|
42
|
24
|
28
|
7
|
9
|
11
|
5
|
81
|
121
|
25
|
99
|
45
|
55
|
∑
|
40
|
57
|
23
|
252
|
489
|
83
|
348
|
137
|
189
|
Berdasarkan hasil
perhitungan diperoleh nilai Korelasi (R) = 0,9686 atau 0,97.
Nilai Korelasi (R) =
0,97 bermakna bahwa hubungan kedua variabel X (X1 dan X2)
sangat kuat karena nilai R mendekati 1.
DAFTAR
PUSTAKA
J Supranto, Statistika, Teori Dan
Aplikasi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987.
Riduan, Dasar-dasar Statistika,
Penerbit ALFABETA, Bandung, 2005.
Ronald E. Walpole, Pengantar
Statistika, Edisi ke-3, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
Suharto, Kumpulan Bahan Kuliah,
Pengantar Statistika, UM Metro, Lampung, 2007.
Murray R. Spiegel, Seri Buku Schaum,
Teori dan Soal, Statistika, Edisi Kedua. Alih Bahasa oleh Drs. I Nyoman Susila,
M.Sc. dan Ellen Gunawan, M.M., Penerbit Erlangga, 1988.
Nurul Mj, exponential smoothing, http://mjnurul.blogspot.com/2014/03/exponential-smoothing.html, 2014
Duwi consultant, analisis regresi
linier sederhana , analisi regresi linier ganda http://duwiconsultant.blogspot.co.id/2011/11/analisis-regresi-linier-sederhana.html, 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.