Sabtu, 31 Oktober 2015

EXPONENTIAL SMOOTHING,
ANALISIS REGRESI DAN ANALISIS KORELASI
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“STATISTIK”

 










Disusun Oleh :
IIP AONUROFIK
NIM 554314108
KELAS R


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI “STMY”
MAJALENGKA
Jl. SILIWANGI (Depan gada-gada lewi seeng) Telp (0233) 283146 Majalengka



EXPONENTIAL SMOOTHING

A.    PENGERTIAN
Exponential Smoothing adalah suatu prosedur yang secara terus menerus memperbaiki peramalan dengan merata-rata (menghaluskan = smoothing) nilai masa lalu dari suatu data runtut waktu dengan cara menurun (exponential). Menurut Trihendradi (2005) analisisexponential smoothing merupakan salah satu analisis deret waktu, dan merupakan metode peramalan dengan memberi nilai pembobot pada serangkaian pengamatan sebelumnya untuk memprediksi nilai masa depan.

B.     MACAM-MACAM METODE

1.      Single Exponentials Smoothing
Atau biasa disebut sebagai Simple Exponential Smoothing, metode ini digunakan untu peramalan jangka pendek. Model mengasumsikan bahwa data berfluktuasi di sekitar nilai mean yang tetap, tanpa trend atau pola pertumbuhan konsisten. Tidak seperti Moving AverageExponential Smoothing memberikan penekanan yang lebih besar kepada time series saat ini melalui penggunaan sebuah konstanta smoothing (penghalus). Konstanta smoothing mungkin berkisar dari 0 ke 1. Nilai yang dekat dengan 1 memberikan penekanan terbesar pada nilai saat ini sedangkan nilai yang dekat dengan 0 memberi penekanan pada titik data sebelumnya.  
Rumus untuk Simple exponential smoothing adalah sebagai berikut:
St = α * Xt + (1 – α) * St-1

dimana:
St = peramalan untuk periode t.
Xt + (1-α) = Nilai aktual time series
Ft-1 = peramalan pada waktu t-1 (waktu sebelumnya)
α = konstanta perataan antara 0 dan 1



2.      Double Exponentials Smoothing
Metode ini digunakan ketika berbentuk data trend. Ada dua metode dalam Double Exponential Smoothing, yaitu :
a)      Metode Linier Satu Parameter dari Brown’s
Metode ini dikembangkan oleh Brown’s untuk mengatasi perbedaan yang muncul antara data aktual dan nilai peramalan apabila ada trend pada poltnya. Dasar pemikiran dari pemulusan eksponensial linier dari Brown’s adalah serupa dengan rata-rata bergerak linier (Linier Moving Average), karena kedua nilai pemulusan tunggal dan ganda ketinggalan  dari data yang sebenarnya bilamana terdapat unsur trend, perbedaan antara nilai pemulusan tunggal dan ganda ditambahkan kepada nilai pemulusan dan disesuaikan untuk trend. Persamaan yang digunakan pada metode ini adalah :




Agar dapat menggunakan persamaan di atas, nilai S’t-1 dan S”t-1 harus tersedia. Tetapi pada saat T=1, nilai tersebut tidak tersedia. Jadi nilai-nilai ini harus tersedia di awal.

b)      Metode Dua Parameter dari Holt
Metode ini nilai trend  tidak dimuluskan dengan pemulusan ganda secara langsung, tetapi proses pemulusan trend dilakuakan dengan parameter berbeda dengan parameter pada pemulusan data asli.
Secara matematis metode ini ditulis pada tiga persamaan :

Dimana,
St         = Nilai pemulusan tunggal
Xt        = Data sebenarnya pada waktu ke-t
Tt         = Pemulusan trend
Ft+m    = nilai ramalan
m         = Periode masa mendatang
α,β       = konstanta dengan nilai anatar 0 dan 1

3.      Triple Exponentials Smoothing
Atau metode Winter’s three parameters liniar and seasonal exponential smoothing. Ini termasuk dalam model Holt’s ditambah indeks-indeks musiman dan sebuah koefisien smoothing untuk indeks-indeks tersebut.
Metode ini digunakan ketika data menunjukan adanya trend dan perilaku musiman. Untuk menangani musiman, telah dikembangkan parameter persamaan ketiga yang disebut metode “Holt-Winters” sesuai dengan nama penemuya. Terdapat dua model Holt-Winterstergantung pada tipe musimannya yaitu Multiplicative seasonal model dan Additive seasonal model. Komponen musiman sering menjadi faktor yang paling penting untuk menerangkan variasi-variasi dalam variabel tak bebas selama periode satu tahun.

Untuk Ilustrasi penggunaan SPSS mari kita kembali ke toko “AHOY” yang sehari-hari menjual gula. Untuk saat ini penjualannya hingga minggu ke-7 adalah pada tabel berikut:
Minggu
Sales (kg)
1
120
2
150
3
140
4
130
5
150
6
200
7
160
AHOY ingin mengetahui penjualan gulanya pada minggu ke delapan dengan metode exponential smoothing, aplikasi SPSS dapat dilakukan sebagai berikut:

Untuk SPSS 13, 14, dan 15 langkah-langkahnya dengan menggunakan konstanta pemulusan 0,2 tidak dirinci disini, secara garis besar langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1.
 Pilih Analyze – Time Series – Exponential Smoothing
2. Kemudian pilih variabel sales, lalu klik Parameters, isikan angka 0,8 pada damping factor, kemudian ubah General alpha menjadi 0,2.
3. Kemudian klik Custom under initial value, isikan 17 untuk starting, dan 0 untuk value. Kemudian Continue – Save.

4.
 Selanjutnya klik Predict through, masukkan angka 8 pada corresponding box (hasil peramalan yang ingin dilihat adalah pada minggu ke-8). Klik continue – OK.

Hasil yang didapat adalah pada kolom ketiga paling kiri data.



ANALISIS REGRESI LINIER

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
Rumus regresi linear sederhana sebagi berikut:
Y’ = a + bX
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X    = Variabel independen
a    = Konstanta (nilai Y’ apabila X = 0)
               b       = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Contoh kasus:
Seorang mahasiswa bernama Hermawan ingin meneliti tentang pengaruh biaya promosi terhadap volume penjualan pada perusahaan jual beli motor. Dengan ini di dapat variabel dependen (Y) adalah volume penjualan dan variabel independen (X) adalah biaya promosi. Dengan ini Hermawan menganalisis dengan bantuan program SPSS dengan alat analisis regresi linear sederhana. Data-data yang di dapat ditabulasikan sebagai berikut:

                     Tabel. Tabulasi Data Penelitian (Data Fiktif)

No
Biaya Promosi
Volume Penjualan
1
12,000
56,000
2
13,500
62,430
3
12,750
60,850
4
12,600
61,300
5
14,850
65,825
6
15,200
66,354
7
15,750
65,260
8
16,800
68,798
9
18,450
70,470
10
17,900
65,200
11
18,250
68,000
12
16,480
64,200
13
17,500
65,300
14
19,560
69,562
15
19,000
68,750
16
20,450
70,256
17
22,650
72,351
18
21,400
70,287
19
22,900
73,564
20
23,500
75,642

Langkah-langkah pada program SPSS
Ø  Masuk program SPSS
Ø  Klik variable view pada SPSS data editor
Ø  Pada kolom Name ketik y, kolom Name pada baris kedua ketik x.
Ø  Pada kolom Label, untuk kolom pada baris pertama ketik Volume Penjualan, untuk kolom pada baris kedua ketik Biaya Promosi.
Ø  Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø  Buka data view pada SPSS data editor, maka didapat kolom variabel y dan x.
Ø  Ketikkan data sesuai dengan variabelnya
Ø  Klik Analyze  - Regression - Linear
Ø  Klik variabel Volume Penjualan dan masukkan ke kotak Dependent, kemudian klik variabel Biaya Promosi dan masukkan ke kotak Independent.
Ø  Klik Statistics, klik Casewise diagnostics, klik All cases. Klik Continue
Ø Klik OK, maka hasil output yang didapat pada kolom Coefficients dan Casewise Diagnostics adalah sebagai berikut:

              Tabel. Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV5OyzDb1WjdIEwS0JTP3HGXeSTuycsKPgvDcjLv0u7-s-uYuP0pctUq3qOWX15zCNoxf_Wf0Y7j1GquZmULfCJcy-mR2Uwf62YWkf1WeyHntLtWwD2HHKk8GaJKzl00TSuqLiD__6jy4/s1600/tbl1.JPG

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjH2zMlHcAHA4vW9YfUlrTXadQn9m76NBeXO4UmyKUM-L19K_6vQjFzxFMs61SwdnZmTKDarHzIeSGl6E5hZQxQoJwgNkUYuA-YwWc6EUlf8qJJWnwgI7HS4fF9yNMG1rQ46vK5SPlDXM0/s1600/tbl1.JPG

Persamaan regresinya sebagai berikut:

Y’ = a + bX
Y’ =  -28764,7 + 0,691X

Angka-angka ini dapat diartikan sebagai berikut:
- Konstanta sebesar -28764,7; artinya jika biaya promosi (X) nilainya adalah 0, maka volume penjulan (Y’) nilainya negatif yaitu sebesar -28764,7.
-  Koefisien regresi variabel harga (X) sebesar 0,691; artinya jika harga mengalami kenaikan Rp.1, maka volume penjualan (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar Rp.0,691. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara harga dengan volume penjualan, semakin naik harga maka semakin meningkatkan volume penjualan. 
Nilai volume penjualan yang diprediksi (Y’) dapat dilihat pada tabel Casewise Diagnostics (kolom Predicted Value). Sedangkan Residual (unstandardized residual) adalah selisih antara Volume Penjualan dengan Predicted Value, dan Std. Residual (standardized residual) adalah nilai residual yang telah terstandarisasi (nilai semakin mendekati 0 maka model regresi semakin baik dalam melakukan prediksi, sebaliknya semakin menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 maka semakin tidak baik model regresi dalam melakukan prediksi).

-              Uji Koefisien Regresi Sederhana (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (Y). Signifikan berarti pengaruh yang terjadi dapat berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasikan).
Dari hasil analisis regresi di atas dapat diketahui nilai t hitung seperti pada tabel 2. Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
1.      Menentukan Hipotesis
Ho      :                    Ada pengaruh secara signifikan antara biaya promosi dengan volume penjualan
Ha :    Tidak ada pengaruh secara signifikan antara biaya promosi dengan volume penjualan
2.                                   Menentukan tingkat signifikansi
Tingkat signifikansi menggunakan a = 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian)
      3.   Menentukan t hitung
Berdasarkan tabel  diperoleh t hitung sebesar 10,983
      4.   Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-k-1 atau  20-2-1  = 17 (n adalah jumlah kasus dan k adalah jumlah variabel independen). Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,110 (Lihat pada lampiran) atau dapat dicari di Ms Excel dengan cara pada cell kosong ketik =tinv(0.05,17) lalu enter.
5.   Kriteria Pengujian
                                      Ho diterima jika –t tabel < t hitung < t tabel
            Ho ditolak jika -thitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
6.   Membandingkan t hitung dengan t tabel
Nilai t hitung > t tabel (10,983 > 2,110) maka Ho ditolak.
7.  Kesimpulan
Oleh karena nilai t hitung > t tabel (10,983 > 2,110) maka Ho ditolak, artinya bahwa ada pengaruh secara signifikan antara biaya promosi dengan volume penjualan. Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa biaya promosi berpengaruh terhadap volume penjualan pada perusahaan jual beli motor.

 

B.     ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.
            Persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn

Keterangan:
Y’           =   Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2   =   Variabel independen
a             =   Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)
b                                     =    Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)

Contoh kasus:
Kita mengambil contoh kasus pada uji normalitas, yaitu sebagai berikut: Seorang mahasiswa bernama Bambang melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham pada perusahaan di BEJ. Bambang dalam penelitiannya ingin mengetahui hubungan antara rasio keuangan PER dan ROI terhadap harga saham. Dengan ini Bambang menganalisis dengan bantuan program SPSS dengan alat analisis regresi linear berganda. Dari uraian di atas maka didapat variabel dependen (Y) adalah harga saham, sedangkan variabel independen (X1 dan X2) adalah PER dan ROI.
Data-data yang di dapat berupa data rasio dan ditabulasikan sebagai berikut:             
                
                     Tabel. Tabulasi Data (Data Fiktif)

Tahun
Harga Saham (Rp)
PER (%)
ROI (%)
1990
8300
4.90
6.47
1991
7500
3.28
3.14
1992
8950
5.05
5.00
1993
8250
4.00
4.75
1994
9000
5.97
6.23
1995
8750
4.24
6.03
1996
10000
8.00
8.75
1997
8200
7.45
7.72
1998
8300
7.47
8.00
1999
10900
12.68
10.40
2000
12800
14.45
12.42
2001
9450
10.50
8.62
2002
13000
17.24
12.07
2003
8000
15.56
5.83
2004
6500
10.85
5.20
2005
9000
16.56
8.53
2006
7600
13.24
7.37
2007
10200
16.98
9.38

Langkah-langkah pada program SPSS
Ø  Masuk program SPSS
Ø  Klik variable view pada SPSS data editor
Ø  Pada kolom Name ketik y, kolom Name pada baris kedua ketik x1, kemudian untuk baris kedua ketik x2.
Ø  Pada kolom Label, untuk kolom pada baris pertama ketik Harga Saham, untuk kolom pada baris kedua ketik PER, kemudian pada baris ketiga ketik ROI.
Ø  Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø  Buka data view pada SPSS data editor, maka didapat kolom variabel y, x1, dan x2.
Ø  Ketikkan data sesuai dengan variabelnya
Ø  Klik Analyze  - Regression - Linear
Ø  Klik variabel Harga Saham dan masukkan ke kotak Dependent, kemudian klik variabel PER dan ROI kemudian masukkan ke kotak Independent.
Ø  Klik Statistics, klik Casewise diagnostics, klik All cases. Klik Continue
Ø  Klik OK, maka hasil output yang didapat pada kolom Coefficients dan Casewise diagnostics adalah sebagai berikut:

           Tabel. Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1m155QiPNZjQ3wBC-Vgj7lq1vQo92Yr-9pNLHEH8TQybcL-geW8dcaS2yJKP6FY_QtqOJPdhO9vPu8SwF5XB8si99gf74zXG47M0-QeTv4RkNv-YavVLU9xjc94prdkznGNwCvOBS4n4/s1600/tbl1.JPG

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw-zBYcjO2FaPXKQD0r7B0vS9fSuG1-tYw9EWHFJjtO1PMiP80MCY6nramL6-rF4gs1R_wBiPra0ruJ1GQqJbJ5JTtGmr0uTEZx3itEdJPgP0hoq63vNkUT4hbdPnD3B-asX4EyGprbjM/s1600/tbl1.JPG
Persamaan regresinya sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1+ b2X2
Y’ =  4662,491 + (-74,482)X1 + 692,107X2
Y’ =  4662,491 - 74,482X1 + 692,107X2

Keterangan:
Y’            = Harga saham yang diprediksi (Rp)
a             = konstanta
b1,b2       = koefisien regresi
X1           = PER (%)
X2           = ROI (%)

Persamaan regresi di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Konstanta sebesar 4662,491; artinya jika PER (X1) dan ROI (X2) nilainya adalah 0, maka harga saham (Y’) nilainya adalah Rp.4662,491.
-  Koefisien regresi variabel PER (X1) sebesar -74,482; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan PER mengalami kenaikan 1%, maka harga saham (Y’) akan mengalami penurunan sebesar Rp.74,482. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara PER dengan harga saham, semakin naik PER maka semakin turun harga saham. 
-  Koefisien regresi variabel ROI (X2) sebesar 692,107; artinya jika variabel independen lain nilainya tetap dan ROI mengalami kenaikan 1%, maka harga saham (Y’) akan mengalami peningkatan sebesar Rp.692,107. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara ROI dengan harga saham, semakin naik ROI maka semakin meningkat harga saham.

Nilai harga saham yang diprediksi (Y’) dapat dilihat pada tabel Casewise Diagnostics (kolom Predicted Value). Sedangkan Residual (unstandardized residual) adalah selisih antara harga saham dengan Predicted Value, dan Std. Residual (standardized residual) adalah nilai residual yang telah terstandarisasi (nilai semakin mendekati 0 maka model regresi semakin baik dalam melakukan prediksi, sebaliknya semakin menjauhi 0 atau lebih dari 1 atau -1 maka semakin tidak baik model regresi dalam melakukan prediksi).




PENGERTIAN KORELASI, KORELASI SEDERHANA, dan BERGANDA

A.   PENGERTIAN KORELASI

        Persoalan pengukuran, atau pengamatan hubungan antara dua peubah X dan Y, berikut ini akan kita bicarakan sesuai dengan referensi yang kami peroleh dalam beberapa literatur. Tulisan ini tentu saja tidak selengkap seperti halnya tulisan tentang Pengertian Korelasi dalam buku Statistika yang ditulis oleh, Ronald E. Walpole, Sugiono, Murray R. Spiegel, atau beberapa Statistikawan yang memang saya kagumi ke-pakar-annya. Akan tetapi setidaknya bisa dijadikan bacaan tambahan bagi mahasiswa yang ingin mengetahui lebih jauh tentang persoalan korelasi atau persoalan-persoalan lain yang berkaitan dengan hubungan antar dua peubah.
        Kita tidak akan dan bukan meramalkan nilai Y dari pengetahuan mengenai peubah bebas X seperti dalam regresi linier. Sebagai misal, bila peubah X menyatakan besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membeli Pupuk dan Y adalah besarnya hasil Produksi Padi dalam satu kali musim tanam, barangkali akan muncul pertanyaan dalam hati kita apakah penurunan biaya yang dikeluarkan untuk membeli Pupuk juga berpeluang besar untuk diikuti dengan penurunan hasil Produksi Padi dalam satu musim tanam. Dalam studi empiris lain, bila X adalah harga suatu barang yang ditawarkan dan Y adalah jumlah permintaan terhadap barang tersebut yang dibeli oleh konsumen, maka kita membayangkan jika nilai-nilai X yang besar tentu akan berpasangan dengan nilai-nilai Y yang kecil.
        Dalam hal ini kita tentu saja mempunyai bilangan yang menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah Y yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah X melalui hubungan linear tersebut. Jadi misalkan suatu korelasi memiliki besaran r = 0,36 bermakna bahwa 0,36 atau 36% di antara keragaman total nilai-nilai Y dalam contoh kita, dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan nilai-nilai X.
Contoh lainnya adalah, misal koefisien korelasi sebesar 0,80 menunjukkan adanya hubungan linear yang sangat baik antara X dan Y. Karena r2 = 0,64, maka kita dapat mengatakan bahwa 64 % di antara keragaman dalam nilai-nilai Y dapat dijelaskan oleh hubungan linearnya dengan X.
        Besaran koefisien korelasi contoh r merupakan sebuah nilai yang dihitung dari n pengamatan sampel. Sampel acak berukuran n yang lain tetapi diambil dari populasi yang sama biasanya akan menghasilkan nilai r yang berbeda pula. Dengan demikian kita dapat memandang r sebagai suatu nilai dugaan bagi koefisien korelasi linear yang sesungguhnya berlaku bagi seluruh anggota populasi. Misalkan kita lambangkan koefisien korelasi populasi ini dengan ρ. Bila r dekat dengan nol, kita cenderung menyimpulkan bahwa ρ = 0. Akan tetapi, suatu nilai contoh r yang mendekati + 1 atau – 1 menyarankan kepada kita untuk menyimpulkan bahwa ρ ≠ 0.
        Masalahnya sekarang adalah bagaimana memperoleh suatu peng-uji-an yang akan mengatakan kepada kita kapan r akan berada cukup jauh dari suatu nilai tertentu ρo, agar kita mempunyai cukup alasan untuk menolak hipotesis nol (Ho) bahwa ρ = ρo, dan menerima alternatifnya. Hipotesis alternatif bagi H1 biasanya salah satu di antara ρ < ρo, ρ > ρo, atau ρ ≠ ρo.



 1.  ANALISIS KORELASI SEDERHANA



Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel dan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Koefisien korelasi sederhana menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara dua variabel. Dalam SPSS ada tiga metode korelasi sederhana (bivariate correlation) diantaranya Pearson Correlation, Kendall’s tau-b, dan Spearman CorrelationPearson Correlation digunakan untuk data berskala interval atau rasio, sedangkan Kendall’s tau-b, dan Spearman Correlation lebih cocok untuk data berskala ordinal.
Pada bab ini akan dibahas analisis korelasi sederhana dengan metode Pearson atau sering disebut Product Moment Pearson. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun).
Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
0,00    -   0,199    = sangat rendah
0,20    -   0,399    = rendah
0,40    -   0,599    = sedang
0,60    -   0,799    = kuat
0,80    -   1,000    = sangat kuat
Contoh kasus:
Seorang mahasiswa bernama Andi melakukan penelitian dengan menggunakan alat ukur skala. VITA ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan dengan prestasi belajar pada siswa SMU NEGRI xxx dengan ini VITA membuat 2 variabel yaitu kecerdasan dan prestasi belajar. Tiap-tiap variabel dibuat beberapa butir pertanyaan dengan menggunakan skala Likert, yaitu angka 1 = Sangat tidak setuju, 2 = Tidak setuju, 3 = Setuju dan 4 = Sangat Setuju. Setelah membagikan skala kepada 12 responden didapatlah skor total item-item yaitu sebagai berikut:

                 Tabel. Tabulasi Data (Data Fiktif)
Subjek
Kecerdasan
Prestasi Belajar
1
33
58
2
32
52
3
21
48
4
34
49
5
34
52
6
35
57
7
32
55
8
21
50
9
21
48
10
35
54
11
36
56
12
21
47
                                          
Langkah-langkah pada program SPSS
Ø  Masuk program SPSS
Ø  Klik variable view pada SPSS data editor
Ø  Pada kolom Name ketik x, kolom Name pada baris kedua ketik y.
Ø  Pada kolom Decimals ganti menjadi 0 untuk variabel x dan y
Ø  Pada kolom Label, untuk kolom pada baris pertama ketik Kecerdasan, untuk kolom pada baris kedua ketik Prestasi Belajar.
Ø  Untuk kolom-kolom lainnya boleh dihiraukan (isian default)
Ø  Buka data view pada SPSS data editor, maka didapat kolom variabel x dan y.
Ø  Ketikkan data sesuai dengan variabelnya
Ø  Klik Analyze - Correlate - Bivariate
Ø  Klik variabel Kecerdasan dan masukkan ke kotak Variables, kemudian klik variabel Prestasi Belajar dan masukkan ke kotak yang sama (Variables).
Ø  Klik OK, maka hasil output yang didapat adalah sebagai berikut:

                  Tabel. Hasil Analisis Korelasi Bivariate Pearson

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpLYbnKnFjN0wjfZ2tu70P43aNzUZsvfuCmJ_nJrY_BxTQNjAuAa2iBnREaB_OhnlDaxRVyf9VAx6DXXXtsf2IztyMPrXheMtW2lSHho6OrQfT9OmasVdh5PrMPPPwo0M7XqqQfWc7ekU/s1600/tbl1.JPG

Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara kecerdasan dengan prestasi belajar (r) adalah 0,766. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang kuat antara kecerdasan dengan prestasi belajar. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r positif, berarti semakin tinggi kecerdasan maka semakin meningkatkan prestasi belajar.

    Uji Signifikansi Koefisien Korelasi Sederhana (Uji t)
Uji signifikansi koefisien korelasi digunakan untuk menguji apakah hubungan yang terjadi itu berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi). Misalnya dari kasus di atas populasinya adalah siswa SMU NEGRI XXX dan sampel yang diambil dari kasus di atas adalah 12 siswa SMU NEGRI XXX, jadi apakah hubungan yang terjadi atau kesimpulan yang diambil dapat berlaku untuk populasi yaitu seluruh siswa SMU Negeri XXX.

Langkah-langkah pengujian sebagai berikut:
1.   Menentukan Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar
Ha : Ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar
2.   Menentukan tingkat signifikansi
            Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi a = 5%. (uji dilakukan 2 sisi karena untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan, jika 1 sisi digunakan untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau lebih besar).
Tingkat signifikansi dalam hal ini berarti kita mengambil risiko salah dalam mengambil keputusan untuk menolak hipotesa yang benar sebanyak-banyaknya 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian)
3.   Kriteria Pengujian
H                            o diterima jika Signifikansi > 0,05
            Ho ditolak jika Signifikansi < 0,05
4.   Membandingkan signifikansi
Nilai signifikansi 0,004 < 0,05, maka Ho ditolak.

 5.  Kesimpulan
Oleh karena nilai Signifikansi (0,004 < 0,05) maka Ho ditolak, artinya bahwa ada hubungan secara signifikan antara kecerdasan dengan prestasi belajar. Karena koefisien korelasi nilainya positif, maka berarti kecerdasan berhubungan positif dan signifikan terhadap pretasi belajar. Jadi dalam kasus ini dapat disimpulkan bahwa kecerdasan berhubungan positif terhadap prestasi belajar pada siswa SMU Negeri XXX




2. ANALISIS KOEFISIEN KORELASI LINEAR BERGANDA

Adalah indeks atau angka yang diigunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara 3 variabel/lebih. Koefisien korelasi berganda dirumuskan :

      Ry1.2 = https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoL9zllOU-pUb9ntxSil_mhNC9adM9UCncagJNhXGnxJv9pEA5NNSphOos9eEawRUrwg3N80XEbUW4QuummTZzJQLhyphenhyphenBOX6RU5De0c-KSCR6Omed3-CKKV9UhMvm4A1AoVp7OvRy_DPAQ/s200/Picture1.png



Keterangan :
-          Ry1.2    : koefisien linier 3 variabel
-          ry1        : koefisien korelasi y dan X1
-          ry2        : koefisien korelasi variabel y dan X2
-          r1.2        : koefisien korelasi variabel X1 dan X2
dimana :
            ry1 = https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAAvVsDHI23ze-PO_9o5ZXgGV0NHFxA-ewJ_eQLq9R-j6X62hAcY9dCizEhQFgldStfNtgnpGN7kP7Qp62UvMrBYCHbJwnAha2KhKra1JjdBDbxcufF6nLbZO0x_mXNGAnDtcuCLWDlfQ/s320/Picture2.png


            ry2 = https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjW9bm-YYhOSsSmzU0APCLwAGriw18VNZgi1Mq9AXv1nZhjfNC3jZJEC3pxKSHF9BBMT0mCEUDzIR7fQqpUmjrBEGszc0rQ4lwKIbWldlp2fcM9JJ63McoLffgB0g9zGlmG8KX9nhTO5_o/s320/Picture3.png


            r1.2 =  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjc_BdT6k5jG1iADehv8myh5fcP1gD3Ncy0_QcRx0b1_bQRPweHwdxR4My2wUHrF0YKGzDxwWR6HoeWRiJcIyNyk5aZ7hjmlZJ6IdeOe6k_CUFcGq8NnOEw8bv8H4-7KkIM3RFgzLmMRk0/s320/Picture4.png
            

             Ry1.2 = https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDw59giqy-mzsY5FSVIJiyGn9dL8IJPfwR8ifVMin9zaOoNbIBbAIDEzGnb7cQhekzwG4sgUwsFfEobP6RXCu0LBI0wJkmoODHRsY0wPvoBUZw9nM_D_W_QVwis79zXiBMLpCDU6N-wxg/s200/rms+1.jpg 




Contoh Soal :

VARIABEL
RUMAH TANGGA
I
II
III
IV
V
VI
VII
Pengeluaran (Y)
3
5
6
7
4
6
9
Pendapatan (X1)
5
8
9
10
7
7
11
Jumlah Anggota Keluarga (X2)
4
3
2
3
2
4
5

Pertanyaan :
1.                   Carilah Nilai Koefisien Korelasinya !
2.                  Jelaskan makna hubungannya !
Penyelesaian :

No
Y
 X1
X2
Y2
X12
X22
X1Y
X2Y
X1 X2
1
3
5
4
9
25
16
15
12
20
2
5
8
3
25
64
9
40
15
24
3
6
9
2
36
81
4
54
12
18
4
7
10
3
49
100
9
70
21
30
5
4
7
2
16
49
4
28
8
14
6
6
7
4
36
49
16
42
24
28
7
9
11
5
81
121
25
99
45
55
 
40
57
23
252
489
83
348
137
189



https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhO9JwyRilZutbjttpPBBk0K5-BJI0oDVyb8SNgmI4XpgfBydqrZO0wGOQ3TJ0C9Ff0alXJByLnXGi2OLu4bWQ9jN9HT-rqlTg4wQ3IqE0rodFfKHencnCtfRn4Ou0J8TnnF11OEkYZKQ0/s320/Picture6.png








https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8PPhyslNepTBhjLJg6kMjBLk1mbzWghFyutgUIjUHRkbk2O6-KW4V7tD3703Dz-xAfypjT3SDaGaq88ZmBh4YMp9lbr4nyaK7_tbTP7u1Zxs58wnAtP7gxVMAjNuPM5CihTV54YGD1k0/s320/Picture7.png







https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhptCnVP1N3XS4xNxKtAETgb500oIYpfBx1ZHNbd_jc9IuxIFxjG1r4yo794EJl63wO1pnFBEY9vTewA0-hXVKKdBezuU_9fd293psqzqSgKieSgckiT6ePd6MgZia0UterlF6vnKejlWY/s320/Picture8.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5nZu04KeqJv8WwmjKleF9y_F4Sx72xpvTzgbtSjGp_P_BKDEuhVXL49wGTE2SUhEbLRe4izBNYZrLOx51GJ0oLq8ztmaVn-FADHNucLCUcDSX3W6nDR8jVlFd7k6hAsgU3kcLFCdmfUI/s320/Picture9.png




Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai Korelasi (R) = 0,9686 atau 0,97.
Nilai Korelasi (R) = 0,97 bermakna bahwa hubungan kedua variabel X (X1 dan X2) sangat kuat karena nilai R mendekati 1.



DAFTAR PUSTAKA

J Supranto, Statistika, Teori Dan Aplikasi, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1987.
Riduan, Dasar-dasar Statistika, Penerbit ALFABETA, Bandung, 2005.
Ronald E. Walpole, Pengantar Statistika, Edisi ke-3, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1992.
Suharto, Kumpulan Bahan Kuliah, Pengantar Statistika, UM Metro, Lampung, 2007. 
Murray R. Spiegel, Seri Buku Schaum, Teori dan Soal, Statistika, Edisi Kedua. Alih Bahasa oleh Drs. I Nyoman Susila, M.Sc. dan Ellen Gunawan, M.M., Penerbit Erlangga, 1988.
            Duwi consultant, analisis regresi linier sederhana , analisi regresi linier ganda http://duwiconsultant.blogspot.co.id/2011/11/analisis-regresi-linier-sederhana.html, 2011

                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

PONDOK PESANTREN TERBAIK DI MAJALENGKA

  PONDOK PESANTRENTERBAIK DI MAJALENGKA   Semester baru bagi pelajar akan segera dimulai. Banyak juga pelajar yang lulus untuk melanjutk...